Senin, 28 November 2011

Bapak Koperasi Indonesia


Selain dikenal sebagai Wakil Presiden yang pertama yang kala itu menemani Bung Karno sebagai seorang Presiden pertama Republik Indonesia, Bung Hatta juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Bung Hatta dilahirkan di kota Bukittinggi, di tengah dataran tinggi Agam, Sumatera Barat tangal 12 Agustus 1902. Pemikiran-pemikirannya yang cerdas dan lugas, mampu mengangkat Koperasi Indonesia ke dalam jajaran yang dapat diperhitungkan. Beliau adalah figur yang sedikit bicara tetapi lebih banyak berbuat. Oleh karena itu, Bung Hatta tidak hanya disegani oleh rakyat Indonesia, tetapi juga oleh bangsa lain, terutama dalam era perjuangan kemerdekaan.

Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi di Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Hari ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia. Sebagai Bapak Koperasi Indonesia, Bung Hatta pernah berkata : bukan Koperasi namanya manakala di dalamnya tidak ada pendidikan tentang Koperasi.
Kongres Koperasi I menghasilkan beberapa keputusan penting, antara lain :
1.    mendirikan sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia ( SOKRI )
2.    menetapkan gotong royong sebagai asas koperasi
3.    menetapkan pada tanggal 12 Juli sebagai hari Koperasi

Perkembangan Koperasi di Indonesia

Konsep dari koperasi pada teorinya sangatlah bagus. Koperasi merupakan suatu sarana yang vital dalam perkembangan ekonomi. Namun amat disayangkan perkembangannya di Indonesia terkesan kurang, atau bahkan dapat saya katakan minim. Koperasi pada teorinya mampu menjadi salah satu roda penggerak ekonomi terutama di sektor mikro. Mengapa demikian? karena pada umumnya yang memanfaatkan koperasi ini adalah orang-orang menengah kebawah, dan mereka adalah tokoh utama yang mampu menggerakkan roda terutama pada sektor mikro. Koperasi bersifat simpan pinjam, dimana tujuan dari koperasi adalah dari anggota untuk anggota.
Walau sebegitu bagusnya pengaruh koperasi terhadap perekenomian, namun perkembangannya seperti macet dan tersendat. Bahkan yang terparah masyarakat yang berada pada sektor mikro tidak memanfaatkan adanya koperasi.
Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan perkembangan koperasi di Indonesia belum berkembang pesat.

1. Minimnya pengetahuan masyarakat mikro tentang koperasi
- . Rendahnya pengetahuan dan informasi yang dimiliki masyarakat tentang koperasi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan koperasi di Indonesia. Hal ini memiliki dampak masyarakat menjadi enggan untuk menjadi anggota koperasi karena tidak merasakan manfaat dari pentingnya sebuah koperasi.

2. Kalah bersaing dengan usaha retail lain.
-. Faktor yang kedua adalah koperasi kalah bersaing dengan usaha retail yang lebih maju dan lebih modern. Usaha retail ini memiliki cabang yang tersebar di segala penjuru, membuat koperasi kalah bersaing dengan mereka. Sehingga disini diperlukan inovasi-inovasi cerdas untuk membangkitkan koperasi, sehingga koperasi mampu bersaing dengan usaha retail lain.

3. Terbiasa dengan menggunakan jasa kreditur.
-. Faktor yang ketiga adalah masyarakat mikro sudah terbiasa dengan melakukan pinjaman kepada kreditur / leasing karena dianggap memiliki cicilan yang lebih rendah, walaupun apabila dikalkulasi justru memakan biaya yang lebih tinggi dari harga aslinya.

Demikian yang mampu saya jelaskan mengapa koperasi di Indonesia tidak dapat berkembang dengan pesat.